Loading...
Menilik sejarah perkembangan Islam, ada tiga kerajaan besar Islam yang memiliki peran penting dalam membentuk dunia. Mulai dari segi politik, budaya, maupun agama, tiga kerajaan ini meninggalkan jejak dan pengaruh global yang signifikan. Meri kita telusuri bersama bagaimana peradaban di tiga kerajaan ini.
Runtuhnya Dinasti Abbasiyah pada tahun 1258 M di Baghdad adalah salah satu tragedi besar dalam sejarah Islam lantaran menyebabkan kekosongan kekuasaan umat Islam. Kala itu, Baghdad adalah pusat ilmu pegetahuan, budaya, dan pemerintahan Islam dunia. Setelah peristiwa tersebut, munculah tiga kerajaan besar Islam berikut ini.
Kesultanan Utsmaniyah atau nama resminya Daulat/Negara Agung Utsmaniyah adalah salah satu kekhalifahan terbesar dalam sejarah Islam dari 3 kerajaan besar Islam setelah runtuhnya Dinasti Abbasiyah. Kesultanan ini berdiri pada akhir abad ke-13 dan mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-16.
Kesultanan Utsmaniyah didirikan oleh pemimpin suku Oghuz, Usman I pada tahun 1299 di wilayah barat laut Anatolia, Turki. Tanah Anatolia adalah hadiah yang beliau dapatkan setelah membantu Dinasti Seljuk dalam peperangan melawan Bizantium.
Setelah kematiannya, Usman I memberikan kepemimpinannya kepada putranya, Orkhan. Pada masa kepemimpinannya, Orkhan memperkuat struktur militer dan administrasi kerajaan, hingga menciptakan pasukan elit kerajaan Janissary.
Wilayah kekuasaan Kerajaan Utsmani sangat luas, mencakup tiga benua, yakni Eropa, Asia, dan Afrika. Wilayahnya meluas secara signifikan melalui serangkaian penaklukan. Penaklukan wilayah Konstantinopel pada tahun 1453 oleh Sultan Muhammad II (Al-Fatih) adalah penaklukan yang paling dominan.
Penaklukan Konstantinopel sekaligus menandai jatuhnya Kekaisaran Romawi Timur dan mengukuhkan posisi kekuatan militer Utsmani Turki di Eropa dan sekitarnya. Pada puncak kejayaan, batas wilayahnya mencapai Austria di utara, Mesir di selatan, Laut Hitam di timur, hingga Laut Mediterania di barat.
Mengenal tiga kerajaan besar Islam pasti akan menyinggung masa kejayaannya juga. Kejayaan Daulah Utsmani terjadi di bawah pemerintahan Sultan Selim I pada tahun 1512-1520 dan Suleiman I pada 1520-1566.
Sultan Selim I berhasil mengekspansi wilayah kekuasaan hingga Mesir dan Persia sekaligus mengendalikan kota-kota penting seperti Kairo dan Baghdad. Sementara itu, Suleiman I juga memperluas wilayahnya hingga menguasai Lembah Sungai Nil sampai Gibraltar.
Sejarah dan ketenaran Kerajaan Mughal selalu dihiasi dengan peperangan. Mulai dari awal berdirinya hingga menjadi salah satu dari tiga kerajaan besar Islam di dunia.
Kerajaan Mughal didirikan oleh Babur setelah berhasil mengalahkan Sultan Delhi terakhir, Ibrahim Lodi dalam Pertempuran Panipat I pada 21 April 1526. Pasukannya, yang bersenjata api dan meriam mampu menghancurkan pasukan Ibrahin Lodi meski kalah jumlah.
Pada tahun 1530-1556, Humayun, putra Babur menjadi penguasa, tetapi pada masa jabatannya, kerajaan menjadi lemah dan tidak stabil. Maka dari itu, beliau diasingkan ke Persia. Selama pengasingan tersebut, beliau menjalin hubungan diplomatis antara Safawi dan Mughal. Humayun kembali ke Mughal pada tahun 1555 dan meninggal setahun setelahnya.
Jalal-ud-din Muhammad atau Akbar menjadi pemimpin selanjutnya (pada 1556-1605). Akbar naik tahta atas bantuan Bupati Bairam Kahn–seorang yang membantu mengonsolidasikan Kekaisaran Mughal di India.
Melalui peperangan, Akbar mampu memperluas wilayah ke segala arah dan menguasai hampir seluruh wilayah bagaian utara Sungai Godavari. Beliau-lah menerapkan sistem pemerintahan modern, menciptakan elit penguasa yang loyal, dan mendorong perkembangan budaya.
Kondisi ini merupakan salah satu pencapaian signifikan peradaban Islam pada masa tiga kerajaan besar paska runtuhnya pemerintah Abbasiyah.
Mughal berperan penting dalam penyebaran dan panguatan ajaran Islam di Asia Selatan. Meski menghadapi banyak pemberontakan dan konflik internal, kerajaan ini tetap menjadi simbol kekuatan Islam hingga akhir pemerintahan Aurangzeb pada tahun 1707.
Dinasti Safawi berdiri menjadi salah satu kekaisaran yang paling berpengaruh di Persia (sekarang Iran) selama lebih dari 200 tahun. Kerajaan ini berperan penting dalam menetapkan agama Syiah sebagai agama resmi di wilayah tersebut.
Kerajaan Safawi didirikan oleh Syah Ismail I pada tahun 1501. Sebelum menjadi kerajaan, Safawi adalah tarekat (lifestyle) sufi yang didirikan oleh Safi al-Din Ardabili di Ardabil, Azerbaijan.
Tarekat ini berfokus pada spraktik spiritual, tetapi lambat laun berkembang menjadi gerakan politik yang militan di bawah pimpinan Syekh Junayd dan Syekh Haydar. Ismali I yang berhasil mengalahkan pasukan Ak Koyunlu mendeklarasikan dirinya sebagai Shah di wilayah Tabriz, sekaligus menjadikannya ibu kota pertama Safawi.
Masa ini terjadi di bawah pemerintahan Syah Abbas I pada tahun 1587-1629. Beliau mereformasi admisitrasi kerajaan secara signifikan, mengontrol pemerintahan dari pusat, sekaligus memperkuat stabilitas politik.
Syah Abbas I juga berhasil menguasai pelabuhan Hurmuz, sebuah pos penting untuk ekonomi kerajaan dan mengingkatkan perdagangan. Pada masanya, seni dan arsitektur berkembang pesat dan semakin banyak bangunan megah, salah satunya adalah Alun-alun Naghsh-i Jahan di Isfahan.
Dinasti Safawi menggunakan Syiah Dua Belas Imam sebagai agama resmi. Akibatnya ada dua: kebijakan ini memperkuat identitas nasional Iran dan memicu konflik dengan dinasti Sunni (seperti Utsmaniyah) karena perbedaannya dengan syariat Islam yang sudah Rasulullah terapkan menurut perintah Allah. Kerajaan ini dikenal dengan kemajuan sastra, seni, dan ilmu pengetahuan.
Dinasi Abbasiyah merupakah pemerintahan Islam yang berada di Baghdad (sekarang Irak) dan berdiri semenjak tahun 137 Hijriah (750 SM). Dinasti pemerintahan ini bertahan selama kurang lebih dua abad dan mencapai masa kejayaan pada periode pertama, yakni antara tahun 137 Hijriah sampai 232 Hijriah.
Pada masa itu, kemakmuran mencapai puncaknya, bidang pemerintahan diduduki oleh tokoh-tokoh kuat sehingga kekuatan bidang politik dan agama cukup solid. Daulah ini sangat populer pada masa pemerintahan Harun Al Rasyid.
Namun, Daulah Abbasiyah mengalami kemunduran setelah periode pertama secara perlahan akibat perebutan kekuasaan yang berulang kali terjadi. Pada periode kedua dan ketiga, setelah tentara Turki merebut kekuasaan, Daulah Abaasiyah berada di bawah pengaruh Syi’ah.
Luas wilayah pemerintah saat itu juga menjadi tantang dalam proses komunikasi pusat pemerintahan dan daerah lain. Perkembangan aliran sesat dan fanatisme juga memperlemah ketahanan internal sehingga ancama dari luar, termasuk Perang Salib dan serangan Bangsa Mongol, makin mendesak dan mengakibatkan kemunduran peradaban Islam.
Baca Juga:
Setelah menilik peradaban Islam pada masa tiga kerajaan besar, kita dapat menyerap esensi pentingnya persatuan, inovasi dalam strategi, serta kegigihan dalam berjuang. Dengan mengenal tiga kerajaan tersebut, kita dapat memahami lebih dalam perubahan kekuasan peradaban Islam di dunia.
Anda juga dapat melihat apa saja yang kiranya dapat mengakibatkan kemunduran bagi umat Islam, seperti perebutan kekuasaan dan inkonsistensi dalam menerapkan syariat Islam yang murni sesuai ajaran Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam.
2 Desember 2024
4 Januari 2025
4 Januari 2025
1 Februari 2025
3 Februari 2025